142; Complicated Feelings.

⭒爱。
6 min readNov 25, 2023

--

Contents; feeling unworthy, sorrowness, doubtful feeling, mixed feeling, heart-to-heart kind-ish talk, never ending regrets, guilty feelings, hugging.

Trigger; attempt to drowning, panic

Dua serigala berbulu kontras itu berjalan perlahan meninggalkan wilayah kekuasaan klan Crescéntus ditemani oleh kedua adik si permata biru. Perjalanan mereka dikelilingi oleh keheningan sebab tidak ada yang berani membuka suara menyadari aura kebiruan dari noble tertua.

Ketiganya berjalan beriringan di belakang sang petrikor, menatap punggung yang biasa berdiri tegap kini merosot lesu. Kedua alfa termuda bertukar pandang sesaat lalu mengedikan bahunya dengan lesu, bingung harus berbuat apa.

“Kak Jun, kalian mau tinggal dimana sekarang?” Taehyun bersuara memecah keheningan dengan pertanyaan yang ia lontarkan pada satu-satunya enigma dengan suara yang kecil. Ia sengaja berbicara setengah berbisik, tidak mau mengganggu sang kakak sepupu.

Yeonjun terdiam tak langsung menjawab, pandangannya terpaku untuk sesaat pada punggung lesu yang berjalan mendahului ketiganya. “Mungkin ke rumahku, atau ke tempat persembunyian dia yang lama.” Balasnya juga dengan kedikan bahu tak yakin. “Let me ask him.” Ujarnya yang dibalas anggukan oleh keduanya.

Ia melangkah mendekati sang salju, menyamakan langkahnya untuk jalan berdampingan. “Bin.” Panggilnya pelan agar tidak mengagetkan si lawan bicara. Lirikan sekilas dari Soobin menjadi isyarat jika ia mendengarkan, “Kita- mau kemana? balik ke sana? atau mau balik ke tempatku?” Tanyanya menyuarakan sarannya.

“Kita?” Soobin menatap sang teman kebingungan, namun tak berniat menghentikan langkah kakinya. Yeonjun mengangguk, sama dengannya menampakkan kebingungan melihat reaksi darinya. Tawa sarkas menguar pelan, “Kamu pulang aja Jun. Ngapain ikutan luntang-lantung?”

Yeonjun mengernyitkan keningnya nampak tak suka dengan perkataan Soobin barusan. “Kita. Aku gak cuma ikutan. I promised you, remember? Aku bakal temenin kamu.” Ujarnya penuh penekanan pada Soobin yang sudah berhenti melangkah sebab sampai pada tepi sungai Vridis. Ia berdiri menghadap sang permata biru yang lebih tertarik memperhatikan aliran air.

Helaan napas berat lolos dari mulutnya. Matanya terpejam untuk beberapa saat, “Maaf. Let’s talk about this later? Please.” Lirihnya menatap sendu bayangan di atas permukaan air sungai.

Yeonjun mengangguk paham setelah menghela napas guna meredakan emosinya yang sedikit tersulut. Tangannya meraih pucuk kepala si mata biru, lalu mengelusnya lembut. “I’m gonna find dinner with your brothers ya? Enjoy your time, Bin.”

Is he gonna be ok? Aku gak tega ninggalin kakak sendirian.” Kai ragu mengiyakan ajakan Yeonjun untuk mencari bahan makanan. Yeonjun tersenyum simpul, paham akan ikatan darah yang kental antara keduanya.

“Kamu jaga dari sini aja, awasi sekitar, kadang masih ada rogue yang berani ke daerah sini.” Tuah Yeonjun pada Kai untuk tinggal mengawasi sekitar Soobin dari jarak yang tidak terlalu jauh maupun terlalu dekat.

Kai tersenyum lebar mendengar petuah dari Yeonjun, ia dengan sigap menegakkan badannya dan membungkuk empat puluh lima derajat sebagai tanda hormat, “Siap, panglima.” Yeonjun terkekeh kecil dan mengusak rambut yang paling muda dengan. gemas. “Kami tinggal ya? Selamat bertugas.” Yeonjun membalasnya bersandiwara mengikuti permainan sang alpha muda.

Taehyun dan Yeonjun menjelajah hutan Blattea untuk menemukan mangsa yang akan menjadi bahan utama makan malam. Manik tajam mereka beredar memperhatikan gerak-gerik mencurigakan. “I can feel his sorrow, Kak. It’s too suffocating.” Suara Taehyun memecah keheningan yang melanda.

Yeonjun mendengarkan tanpa mengalihkan perhatiannya dari pantauan sekitar. “I know. I can smell the bitterness on his scent.” Balasnya mengingat bagaimana wewangian segar Soobin redup saat ini.

Matanya memicing menemukan satu kambing hutan tak jauh dari posisi mereka. Shifting dilakukan keduanya, melakukan ancang-ancang, dan mengejar kambing tersebut. Keduanya tersenyum puas berhasil menaklukan mangsa mereka. Merasa cukup, mereka melangkah kembali ke tempat mereka beristirahat dengan kambing di punggung Yeonjun dan setumpuk kayu bakar di tangan Taehyun.

“Kak.”

Deheman halus menjadi sahutan panggilannya, “Are you — ” Mulutnya gagu sebab keraguan menguasainya. “Aku apa, Hyun?” Pancingnya dengan raut penasaran. Ia bisa melihat jika Taehyun menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan.

Are you in love? with my brother.”

Pertanyaan lugas dari Taehyun membuatnya termenung. Yeonjun memilih diam untuk memikirkan jawaban yang ia sendiri pun tidak ketahui jawabannya. Kedua manusia berbeda tingkat gender itu melangkah dalam keheningan, bingung untuk membuka suara.

Yeonjun melirik Taehyun sesaat, lalu pandangannya tertuju pada sosok seputih salju yang sedang duduk termangu di tepian sungai. “Jika boleh jujur, I do want to love him…” Tuturnya pelan, kakinya berhenti melangkah dengan mata yang tetap fokus pada objek observasinya. “Tapi aku gak yakin kakakmu memberiku izin untuk hal itu.” Lanjutnya mengungkapkan praduganya.

“Lagipula, I don’t think I deserved him, you know- after all of this happened to him.” Ia kembali berucap, kali ini diiringi dengan senyum getir. “Tapi tak apa, aku pun sudah merasa cukup dengan kesempatan untuk menjaganya. That’s more than enough for now.”

Taehyun bisa merasakan ketulusan yang terpancar dari sorot mata dan kelembutan suara sang enigma dengan mata telanjangnya. “Thank you, Kak.” Ucapnya tiba-tiba, membuat Yeonjun menatap keheranan. “Untuk?” Pertanyaan itu kental akan perasaan bingung.

“Bersedia menemani dan menyayangi kakakku.” Balasnya dengan senyuman tipis, “He likes you, by the way.” Ujarnya dengan senyuman kecil dan melangkah meninggalkan Yeonjun yang termangu di tempat.

Taehyun dan Kai sudah pulang sebab matahari mulai turun dari cakrawala, meninggalkan sepasang teman itu berdiam di sekitaran sungai Vridis. Yeonjun memilih untuk duduk cukup jauh di belakang Soobin yang masih menikmati waktu sendirinya di tepi sungai. Mata tajamnya mengintai setiap sisi, mewaspadai jikalau adanya ancaman dari rogue yang nekat.

Wewangian masam bercampur pahit kental menguar di sekeliling si omega baru. Ia sangat sadar akan kemurungan yang sedang dirasakan oleh temannya itu. Terhitung sudah setengah jam ia duduk diam memperhatikan Soobin sejak kepergian kedua adiknya, kebingungan akan memperbaiki mood temannya itu.

Terlintas satu ide di benaknya, tetapi ia ragu melakukannya, sebab kemungkinan jika ide tersebut menjadi senjata makan tuan cukup besar dan Ia pun tidak ingin memperkeruh keadaan. Sekian menit menimbang, ia bangkit dari duduknya, lalu melangkah mendekati sang teman yang asik melukis di atas permukaan air.

AAAAH!”

“Yeonjun!”

Pekikan kaget itu menggema, Soobin terkejut saat Yeonjun secara tiba-tiba menggendong tubuhnya. Ia menatap sebal sekaligus bingung kearah sang pelaku pengagetan. “Mau apa? Bikin kaget aja.” Omelnya pada Yeonjun yang hanya tertawa kecil menanggapinya.

Hold onto me.”

Huh?”

And oh, hold your breath.” Titahnya dengan senyuman miring yang sungkar dilihat oleh Soobin, membuat Soobin menatapnya penuh kebingungan.

“Kenap — HHUAH!”

Suara air bergemericik riuh menciptakan pergerakan air macam ombak ketika Yeonjun menjatuhkan. diri pada sisi sungai yang tak lagi dangkal masih dengan Soobin yang berada digendongannya. Aksinya itu membuat Soobin memeluk erat tubuh sang enigma, terkejut membuatnya panik.

Yeonjun menarik tubuh Soobin, merengkuhnya erat sembari membawanya kembali ke permukaan. Soobin menarik napas banyak-banyak setelah kepalanya berhasil keluar dari air. “ORANG GILA!” Teriaknya emosi memukul-mukul tubuh Yeonjun yang tertawa riang karena sukses mengerjainya.

“Menyebalkan!” Gerutunya lagi dengan sumpah serapah di dalam hatinya merutuki tingkah mengesalkan si enigma. Yeonjun masih melantunkan tawanya kini dengan suara yang lebih kecil, tangannya mencubit pipi tembam sang teman. “Aku bingung gimana caranya menghibur kamu. Maaf, apa aku keterlaluan?” Yeonjun bertanya setelah menghentikan tawanya, disertai pula dengan cengiran tak berdosa di wajahnya.

Soobin terdiam sesaat dengan kening mengkerut lalu menyunggingkan sebuah senyuman kecil. Ia menggelengkan kepalanya lalu kembali memukul dada Yeonjun sekali lagi sebelum memeluk tubuh tegap si mata rubi, menyandarkan pipinya di bahu sang teman. “Thank you, Jun.” Lirihnya mengucap terima kasih dengan tulus atas semua usaha yang telah Yeonjun lakukan untuknya.

Sebuah senyuman terlukis di wajah Yeonjun, tangannya mengusapi tenguk Soobin, sedangkan tangan lainnya mempererat rengkuhannya. Senyumannya perlahan saat ingatannya kembali mengingatkannya dengan semua kejadian tidak mengenakan beberapa bulan ini, membuatnya kembali dipenuhi rasa bersalah. “Aku rasa kamu udah bosan dengernya, tapi- maaf aku ga bisa bantu banyak.” Sesalnya dengan menumpukan dagunya pada kepala Soobin.

Soobin tertawa kecil yang terdengar hambar, “Hm. Sudah berlalu juga.” ujarnya tidak ingin mengungkit hal apapun yang terjadi hari ini. Dengan sikap Soobin yang seperti ini, rasa bersalah tidak akan pernah hilang dari lubuk hati Yeonjun. Perkataannya pada Taehyun tadi benar adanya, he really doesn’t deserve Soobin, at all. Masalahnya bukan ada pada Soobin, tapi dirinya sendiri, Ia merasa tidak pantas berdampingan dengannya, bahkan untuk sekadar menyukainya pun Ia sungkan.

“Mau ikut aku pulang ke pondok? Tapi aku juga gak bisa menjamin apapun padamu.” Ia menyuarakan tawarannya untuk mengikutsertakan Soobin kembali ke pondok yang sempat menjadi tempat tinggal sementaranya selama beberapa bulan. Soobin melonggarkan dekapannya, menatap Yeonjun yang menunjukkan ekspresi bertanya.

You will always be with me no matter what happens, right?

You can kill me if I broke my promise, blue.

--

--

⭒爱。
⭒爱。

Written by ⭒爱。

an archive page of mostly TXT #연숩 alternate universe. (also some TBZ #쥬큐 - SKZ #방황).

No responses yet